Menampilkan semua entri dengan kategori “Photography”




04 March 2013

Bila sering melakukan cropping (memotong) foto untuk membuang bagian yang tidak perlu, itu hal yang lazim. Atau melakukan cropping foto untuk mendekatkan subjek dan memperkuat inti cerita, sudah kerap dipraktikan.

2 ekor harimau yang diawetkan secara ilegal dan telah
membusuk, dibakar.  Foto di-close up melalui
cropping lensa/dok. Ari Saputra
Akibatnya bisa bermacam-macam: lebih dramatis, lebih lugas, lebih atraktif, lebih provokatif, lebih dalam dan lebih fokus. Dalam arti lain, dengan melakukan cropping yang tepat, sang fotografer mempunyai kekuatan mengkontrol emosi dan imajinasi pembaca. Bahkan dalam foto-foto politik, croping bisa dipergunakan untuk tujuan propaganda.

Contoh paling populer yakni foto ikonik Che Guevara karya Alberto Korda. Saat itu, Korda memotret Guevara dengan baret berbintangnya bersama orang lain. Lantas foto tersebut di-crop sehingga menghasilkan headshoot Che Guevara. Foto Che Guevara ini kemudian beredar luas, dicetak di baju, mural dan berbagai media hingga jutaan kali.

Nah, bagi fotografer amatir maupun pemula sekalipun dapat melakukan hal serupa. Bahkan bila dilakukan dengan tepat, foto biasa menjadi terlihat luar biasa.

1: Saat mengintip view finder atau di LCD kamera pocket/mirrorless, pastikan sudah mempunyai gambaran cerita di otak kepala. Dengan kata lain, si juru jepret sudah memperkirakan, kira-kira apa yang akan diceritakan ke pembaca dengan foto tersebut.

Dengan gambaran dan 'skenario' khayalan itu, akan lebih mempermudah menentukan jumlah subjek dalam selembar foto. Apakah cukup satu aktor, 2 aktor, 3, atau dalam kumpulan massa yang banyak. 

Pada saat itu, fotografer sudah bisa menentukan siapa-siapa yang bisa di-crop dan siapa-siapa tidak perlu di-crop. Saat sedang melakukan cropping kamera di tingkat eksekusi tersebut, fotografer ditantang untuk bergerak kesana-kemari mencari posisi, angle dan komposisi yang tepat. Kalau perlu naik pohon dan turun ke got.

2: Croping melalui lensa tele. Dengan menggunakan lensa tele, mau tidak mau fotografer sudah mengeliminir subjek lain di sisi kiri dan kanan jangkauan lensa tersebut. Alhasil, fotografer lebih mudah mengontrol cerita yang ingin disampaikan dalam sebuah foto. Gambar pun akan terlihat semakin 'padat' dan renyah untuk dilihat.

3: Menggunakan lensa dengan diafragma besar. Lensa dengan diafragma besar seperti pada bukaan f/1,8 atau f/1,2 dapat digunakan untuk mengcropping cerita dalam sebuah foto. Fotografer tinggal memfokuskan pada titik fokus cerita, maka di luar itu akan hilang dengan sendirinya akibat efek bokeh. 

4. Cropping dengan efek cahaya. Melakukan cropping subjek di sekeliling subjek utama juga bisa dilakukan dengan efek cahaya. Misalkan dengan memberikan lampu flash hanya pada wajah si subjek sedemikian rupa, sehingga sekeliling subjek menjadi gelap. 

Contoh lain dengan mencari subjek di bawah sinar matahari yang jatuh dari sela-sela daun menembus kabut di pagi hari. Foto-foto panggung seperti teater dan konser musik dengan tata lampu yang baik juga dapat dimanfaatkan untuk mencroping foto agar lebih dramatis.

5: Pada foto-foto yang mengandung unsur garis, patut diperhatikan apakah garis itu perlu dicrop ataukah dipertahankan. Sebab, garis itu sangat mengontrol imajinasi pembaca. 

Misalkan pada foto landscape laut, garis horizon bisa dihilangkan untuk menceritakan bahwa luas laut tidak terhingga. Sementara dengan mempertahankan garis horizon, maka kesan yang ingin diceritakan bahwa luas laut itu terbatas.

Suasana pasar Ubud pagi hari dengan memadatkan gambar (di-crop) melalui zoom lensa/dok. Ari Saputra

Cropping di komputer dilakukan untuk memfokuskan cerita/dok.Ari Saputra


(Ari/sha)
Read more


Saat jalan-jalan, pasti sering berfoto dengan mencari-cari latar belakang (background) yang unik dan ikonik. Biasanya berupa gedung ataupun bangunan khas di kota itu. Tujuannya bisa bermacam-macam.

Namun secara fotografi, background tersebut dapat berfungsi sebagai penguat cerita bahkan salah satu unsur utama dalam sebuah foto. Misalkan saat pergi ke Singapura dan berfoto di depan patung singa Merlion, maka aktor utamanya tidak lain Anda dan patung singa.

Nah, selain background terdapat pula cara kreatif lain yang dapat memperkuat foto atau mempercantik foto jalan-jalan yakni foreground atau latar depan. 

Hanya saja teknik ini memang kurang begitu populer karena memang tidak semua foto perlu diberi foreground. Selain itu, kesulitan lain yakni pada tingkat eksekusi. Sebab tidak semua yang ditemui enak dijadikan foreground.

Pun demikian, foreground dapat menjadi solusi kreatif saat ide memotret sedang buntu. Alhasil, dengan menempatkan foreground dengan tepat, foto menjadi lebih dinamis dan atraktif. 

Tidak heran, foreground sudah menjadi hal yang jamak dilakukan dalam foto-foto traveling, jurnalis, portrait, hingga komersial dan pernikahan. Untuk mendapatkan foreground yang menarik dan unik ada beberapa langkah yang patut diperhatikan:

1. Biasanya membuat latar depan dilakukan karena alasan estetika. Artinya subjek utama akan terasa 'hambar' karena tidak ada background pendukung yang kuat. Atau di sekeliling subjek tidak ada hal-hal yang unik untuk dimainkan secara fotografi. Dengan membuat foreground, komposisi foto 'semakin padat' dan dinamis.

Karena itu, bila menemui subjek yang terasa 'datar' bila difoto, cobalah mencari sesuatu yang bisa dijadikan foreground supaya foto makin atraktif.


2. Tidak hanya soal estetika, foreground biasa dilakukan untuk memperkuat subjek utama. Misalkan subjek utama sedang menelpon, maka dapat memasukan orang lain yang sedang bermain gadget supaya ceritanya makin kuat.


3. Saat berada di lokasi pemotretan, segera lakukan pengamatan adakah hal-hal yang dapat dimanfaatkan untuk menjadi foreground misalkan patung, bunga, atau gelas. Bahkan kalau mungkin, kerumunan orang menjadi foreground yang menarik untuk dimanfaatkan.

4. Setelah menentukan subjek utama dan foreground pendukung, foreground dapat dibuat dengan teknik bokeh atau tetap fokus. Pilihan ini tergantung kebutuhan cerita yang akan disampaikan.

Kalau hanya alasan estetika, foreground dapat di-bokehkan. Sementara bila foreground turut memperkuat cerita, tentu tidak perlu menggunakan bokeh yang keterlaluan. Nah, fotografer-lah sang penentu cerita bukan alat atau kamera.


5. Foreground dilakukan di komputer seperti memberi efek lampu bokeh dalam foto model untuk memberi kesan glamour. Hanya saja ini jarang dilakukan karena membutuhkan kemampuan teknik olah digital selain kemampuan fotografi.



(Ari/ash)


Read more

02 March 2013

70mm f/2.8 dengan lensa Sigma 24-70mm f/2.8
Banyak pemula sering bertanya, bagaimana membuat latar belakang menjadi blur saat foto potret? Sebenarnya caranya mudah, dan tidak kurang dari tiga langkah. Sebelumnya, Anda memerlukan kamera digital SLR, karena kamera DSLR memiliki sensor besar dan Anda dapat menukarnya dengan lensa potret. Walaupun demikian, Anda bisa mencoba mengunakan kamera compact meski hasilnya kurang maksimal. 

Langkah Pertama: Set zoom anda ke titik maksimal
Contoh, bila anda memiliki lensa 18-55m, maka set zoom lensa Anda ke 55mm. Bila Anda memiliki lensa telephoto zoom, seperti 55-250mm, ini lebih baik lagi. Pakai lensa ini dan set zoom lensa Anda ke 85mm sampai 135mm. Rentang fokal ini ideal untuk foto potret.





Langkah Kedua: Posisikan model Anda sejauh mungkin dari latar belakang
Semakin jauh jarak antara latar belakang dengan model dibanding jarak model ke kamera, semakin blur latar belakang kamera.

Langkah Ketiga: Set bukaan / aperture lensa Anda sebesar mungkin
Semakin besar bukaan semakin blur latar belakangnya, bila Anda memiliki lensa 18-55mm f/3.5-5.6. Maka, set bukaan Anda ke f/5.6 (ini bukaan maksimal di rentang fokal 55mm. Bila Anda kurang puas dengan hasil lensa 18-55mm, saya sarankan untuk membeli lensa 50mm f/1.8 atau 85mm f/1.8. Meski lensa tersebut tidak bisa zoom, tapi maksimal bukaan sangat besar, sehingga lebih cocok untuk foto portrait.


www.infofotografi.com
Read more

13 February 2013




Baterai adalah aksesoris yang cukup sepele, tapi juga penting karena berkaitan langsung dalam memotret. Berikut tips cara perawatan dan mengoptimalkan kinerja dan daya tahan baterai. Tips ini juga berlaku untuk baterai untuk elektronik lain seperti ponsel.

  • Saat pertama kali membeli baterai kamera, charge baterainya sampai penuh sebelum memakainya.
  • Di suhu yang rendah/kondisi dingin, daya baterai akan berkurang sedikit demi sedikit, lawan ini dengan menyimpannya di tempat yang hangat, misalnya simpan di kantong dekat dengan badan.
  • Lepaskan baterai dari kamera atau charger saat tidak dipakai, jika dipasang di kamera, daya akan pelan-pelan berkurang.
  • Simpanlah di suhu sekitar 15-25 derajat Celcius, hindari kondisi yang terlalu panas atau dingin.
  • Jangan charge baterai yang sudah penuh
  • Baterai biasanya cuma bisa dicharge sebanyak 300-500 kali, setelah itu, baterai aus ditandai dengan penurunan daya yang cepat meskipun sudah di charge penuh. Saat itu baterai perlu diganti.
  • Kalau disimpan dalam jangka waktu yang sangat lama, usahakan mengunakan baterai sampai habis, kemudian di charge sekitar 15 menit setiap 6 bulan sekali.
  • Pakailah baterai sampai benar-benar habis sebelum charge. Kinerjanya akan lebih baik dan tahan lebih lama.
  • Baterai bisa didaur ulang, jadi jangan buang di tempat sampah biasa.
  • Baterai buatan pihak ketiga biasanya kinerja tidak setinggi yang asli, umurnya juga, tapi harganya murah. Cocok untuk hemat atau cadangan.
infofotografi.com

Read more

12 February 2013




Setiap lensa ada kasta-kastanya, baik lensa zoom, telefoto dan fix. Posting ini memberikan sedikit panduan bagi yang pusing memilih lensa Nikon (Nikkor) yang jumlahnya puluhan.

Kami tidak membahas semua lensa disini, terutama lensa-lensa khusus (macro, tiltshift dll), tapi lensa-lensa umum seperti zoom dan fix cukup banyak yang saya tulis disini. Lensa lama juga saya tidak ulas karena kebanyakan tidak diproduksi lagi.

Ada dua jenis lensa Nikkor berdasarkan diameternya, yaitu DX dan FX: Lensa DX (berdiameter lebih kecil dari lensa FX) sehingga hanya dapat mencakupi sensor berukuran APS-C. Sebagian besar kamera DSLR Nikon yang beredar bersensor jenis APS-C. Lensa FX atau biasanya tidak disebutkan kode FX nya berdiameter lebih besar dari lensa DX sehingga dapat mencakupi sensor berukuran APS-C dan juga full frame yang ukuran fisiknya setara film 35mm.

Semua lensa dibawah ini AF-S artinya punya motor fokus internal (kecuali yang ditandai dengan kode AF). Sehingga cocok digunakan untuk kamera DSLR Nikon apa saja yang masih diproduksi sampai hari ini. Untuk harga, hanya perkiraan saja, untuk tepatnya periksa ke toko-toko kamera kesayangan Anda.

Lensa zoom standar (DX)

  • Nikkor 18-55mm f/3.5-5.6 VR : biasanya dipaketkan dengan kamera tingkat dasar (D3200, D5200). Rp 1.25 juta.
  • Nikkor 18-105mm f/3.5-5.6 VR : biasanya dipaketkan dengan kamera tingkat menengah D90/D7000, lebih praktis dari 18-55mm karena rentang fokusnya lebih panjang, cocok untuk jalan-jalan. Rp 3 juta.
  • Nikkor 16-85mm f/3.5-5.6 VR : Sedikit lebih lebar tapi lebih pendek, sisi lebarnya lumayan bagus untuk buat foto landscape yang agak dramatis. Kualitas foto dan ketajamannya setingkat diatas kedua lensa diatas. Kualitas lensa juga lebih kokoh. Rp 6 juta.
  • Nikkor 17-55mm f/2.8 : Lensa DX terbaik, bodinya kokoh, autofokusnya gesit, tapi sayangnya belum ada VR/anti getarnya. Rp 13 juta

Rekomendasi: Nikkor 16-85mm VR bagus untuk yang mencari lensa jalan-jalan berkualitas yang seimbang dari segi ukuran, harga, kinerja. 17-55mm f/2.8 cocok untuk semipro dan pro. Masalah dengan 17-55mm adalah tidak ada anti getarnya jadi kalau foto di ruangan gelap agak rawan blur. Selain itu harganya cukup tinggi. Alternatifnya adalah Sigma 17-50mm f/2.8 OS atau Tamron 17-50mm f/2.8 VC.


Lensa zoom standar (FX)

  • Nikkor 24-85mm f/3.5-5.6 VR : Lensa kit yang dipaketkan dengan kamera Nikon D600. Ukurannya relatif kecil dan ringan dibandingkan lensa FX lainnya. Rp 5.2 juta.
  • Nikkor 24-105mm f/4 VR : Lensa praktis untuk jalan-jalan, ketika dipasang di kamera full frame, sudut pandangnya mirip 16-85mm f/3.5-5.6 VR.  Rp 12.5 juta.
  • Nikkor 24-70mm f/2.8 : Lensa berkualitas tinggi, tajam, kokoh dan gesit, andalan profesional. Rp 17.3 juta

Rekomendasi: Kalau tidak keberatan dengan harga dan ukuran fisik lensa, 24-105mm dan 24-70mm akan memberikan kualitas foto yang sangat baik.


Lensa sapujagat (DX dan FX)

  • Nikkor 18-200mm f/3.5-5.6 VR II DX : Lensa sapujagat, praktis bagi orang-orang yang ingin lensa lebar dan tele menjadi satu, sehingga tidak repot ganti-ganti lensa. Harga yang mesti dibayar adalah ukuran lensa lebih besar dan kualitasnya standar-standar saja. Harga juga tidak begitu murah. Seri ke II ini menambahkan Lock/kunci untuk mencegah lensa merosot saat menghadap kebawah. Rp 8 juta.
  • Nikkor 18-300mm f/3.5-5.6 VR DX  : Lensa sapujagat dengan rentang yang lebih besar lagi, tapi makin berat dan mahal. Rp 9.5 juta.
  • Nikkor 28-300mm f/3.5-5.6 VR FX : Memberikan sudut pandang yang sama dengan 18-200mm di kamera full frame, cocok untuk kamera full frame Nikon. Kualitasnya standar. Rp 10 juta

Rekomendasi: Saya jarang merekomendasikan lensa sapujagat karena kualitasnya standar, tapi bagi yang suka kepraktisan, saya sarankan 18-200mm VR II.


Lensa zoom lebar (DX & FX)

  • Nikkor 10-24mm f/3.5-4.5 VR DX : Lensa super lebar yang biasanya digunakan untuk foto pemandangan atau jurnalistik. Kualitasnya standar. Rp 9.15 juta.
  • Nikkor 12-24mm f/4 VR DX : Lensa yang kualitas fotonya lebih bagus dan bukaannya konstan. Tapi harganya agak tinggi dibanding kualitasnya.Rp 9.75 juta.
  • Nikkor 16-35mm f/4 VR FX : Lensa super lebar dibuat untuk kamera full frame Nikon. Cukup praktis dan bisa diandalkan. Bisa muat filter berukuran 77mm. Rp 13.3 juta.
  • Nikkor 14-24mm f/2.8 FX : Lensa super lebar terbaik yang dimiliki Nikon. Ketajamanannya melampaui sebagian lensa zoom dan beberapa lensa fix. Karena sangat lebar, pengguna tidak dapat memakaikan filter. Rp 18 juta.
Rekomendasi: Lensa zoom DX Nikon sepertinya kurang bergigi, kualitasnya biasa saja tapi harganya tinggi. Alternatifnya yaitu Tokina 11-16mm f/2.8 dan 12-28mm f/4. Keduanya memiliki performa dan kualitas badan lensa yang lebih bagus. Untuk kamera full frame, saya merekomendasikan 16-35mm f/4 VR. Fitur VR dan dapat menerima filter membuatnya menjadi lensa utama untuk travel photography.

Lensa zoom telefoto (DX)
  • Nikkor 55-200mm f/4-5.6 VR – Lensa telefoto murmer, kadang dipaketin dengan pembelian kamera. Rp 2.2 juta.
  • Nikkor 55-300mm f/4.5-5.6 VR – Lensa telefoto yang sedikit lebih panjang. Rp 3 juta.
Rekomendasi: Nikkor 55-200mm karena ringan, murah, berkualitas cukup baik. 55-300mm menurut saya agak besar dan berat, performa di rentang 200-300mm juga tidak begitu tajam. Bukaan di 55mm sedikit lebih kecil (f/4.5 vs f/4). Jangkauan/sudut pandang 200mm dan 300mm bedanya tidak terlalu banyak dalam praktiknya.

Lensa zoom telefoto (FX)
  • Nikkor AF 70-300mm f/4-5.6 – Lensa murmer dibawah 2 juta biasanya, tidak punya motor fokus dan kualitasnya standar. Rp 1.5 juta.
  • Nikkor 70-300mm f/4.5-5.6 VR – Sudah punya motor AF dan kinerja autofokusnya bagus, kualitas foto juga diatas standar. Rp 5 juta.
  • Nikkor 70-200mm f/4 VR – Kualitas fotonya bagus dan ukurannya tidak seberat yang f/2.8. Teknologi VRnya tercanggih, bisa meredam getaran hingga 5 stop (biasanya 3-4 stop). Rp 13 juta.
  • Nikkor 70-200mm f/2.8 VR – Lensa paling top, memberikan kualitas foto dan AF yang sangat bagus, biasanya diandalkan oleh profesional. Rp 23.5 juta.
Rekomendasi: Untuk lensa telefoto, rekomendasi saya jatuh ke 70-200mm f/4 ataupun f/2.8 karena kualitas foto yang dihasilkan sangat tajam dan bagus. Kinerja autofokus dan badan lensa juga berkualitas. 70-300mm saya rasa agak tanggung, tapi kalau dana terbatas dan ingin lensa yang kinerja autofokusnya lumayan, AF-S 70-300mm f/4.5-5.6 VR bisa diandalkan.

Lensa fixed/prime (tidak bisa zoom, kecuali pakai kaki)
  • Nikkor 28mm f/1.8 – Biasanya untuk pemandangan, street photography. Rp 6.75 juta.
  • Nikkor 35mm f/1.8 DX – Biasanya untuk street photography, product, environmental portrait (foto manusia dan lingkungannya). Rp 2.2 juta.
  • Nikkor AF 50mm f/1.8D – Lensa fix termurah Nikon, tapi tidak bisa dipakai di kamera tingkat dasar Nikon yang tidak memiliki motor fokus. Rp 1.4 juta.
  • Nikkor 50mm f/1.8G – Tidak terlalu banyak berbeda dari 35mm, namun lebih cenderung untuk portrait. Rp 2.2 juta.
  • Nikkor 85mm f/1.8 – Portrait close-up atau candid. Rp 5 juta.
  • Nikkor 85mm f/1.4 – Portrait, cuma kualitasnya lebih bagus dan latar belakang lebih blur. Rp 16 juta.
  • Nikkor 105mm f/2.8 Macro VR – Untuk menangkap detail subjek berukuran kecil, contoh serangga, bunga. Rp 8.2 juta.
  • Nikkor 200mm f/2G VR – Olahraga lapangan, fashion. Rp. 39 juta.
  • Nikkor 300mm f/2.8 VR – Olahraga lapangan, satwa liar, burung. Rp 45 juta
Rekomendasi: Kebanyakan lensa fix modern Nikon yang berkode AF-S kualitasnya sudah sangat baik dari segi kualitas maupun kinerja autofokusnya. Jadi beli yang manapun juga tidak masalah, tinggal sesuaikan dengan jarak fokus/focal length yang disukai.

Sumber : www.infofotografi.com





Read more